Selasa, 04 Mei 2010

Generasi Tua Era 40-an Pendiri Negara West Papua


Generasi Tua era 40-an pendiri Negara West Papua. Pada tanggal 15 April 1961, orang-orang papua terpilih dari Nieuw Guine Raad (Dewan Nieuw Guinea) menjadi anggota parlemen pertama orang Papua dan bertanggung jawab untuk merancang dan melaksanakan kemerdekaan penuh. Pada tanggal 19 Oktober 1961, Nieuw Guinea Raad mengadakan kongres Nasional 1 Papua di Hollandia dan dari kongres tersebut berhasil menetapkan simbol-simbol bagi Negara Papua Barat yaitu:
- Lagu Kebangsaan: Hai tanah-Ku Papua
- Bendera nasional : Bintang Kejora
- Dan nama Negara: West Papua

Kongres juga memutuskan tanggal 1 Desember Tahun 1961 sebagai hari pengibaran bendera bintang kejora. Pemerintah kerajaan belanda juga menerbitkan Governmenstablad van Nederland Nieuw Guinea (Lembaran Negara) pada tahun 1961 Nomor: 68 Register 362 dan 366 tentang bendera dan Governmentstablad Nieuw Guinea Nomor 69 mengenai lagu kebangsaan.

Kemerdekaan Bangsa Papua Barat ini telah diakui oleh presiden Soekarno. Hal ini terbukti dengan slogan yang di ucapkannya dalam Trikora: Bubarkan Negara Papua Barat dan kemudian operasi militer dipimpin oleh mendiang Soeharto dan melaksanakan operasi militer yang kejam.

Dan inilah pengakuan dari dua Negara yang paling bertanggung jawab atas Intergrasi Papua barat ke NKRI yaitu:
1. Pada bulan juni 1969, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia mengakui kepada anggota tim PBB, Ortiz sanz secara tertutup (rahasia), bahwa “95% orang Papua mendukung gerakan kemerdekaan Papua.” (summary of jack w. Lydman’s report, july 18 1969.
2. Sementara itu Sudjarwo mengakui “Banyak orang Papua tidak setuju tinggal bersama dengan Indonesia.” (UNGA Official Records MM ex 1, paragraf 126).

Sembilan puluh limah persen orang Papua ingin berdiri sendiri sebagai satu bangsa yang merdeka di planet ini. Namun keinginan dan kerinduan itu di hancurkan dan dimenangkan oleh rekayasa PEPERA 1969 serta kebohongan militer Indonesia dan para pendatang serta dari faksi-faksi gereja pada saat itu (Katholik dan Protestan) datang bersama dengan 1025 orang yang tidak refresentatif yang diangkat dan didukung oleh Pemerintah dan TNI dengan dalil bahwa mereka adalah wakil dari setiap suku di Papua.

Akan tetapi kerinduan hati, cita-cita luhur serta harapan mulia untuk mengatur diri
sendiri selalu tertanam dalam jiwa dan raga yaitu dari janin bayi dalam kandungan mama Papua serta generasi penerusnya yang akan berjuang dan terus berjuang sampai keadilan itu datang dari Tuhan. (Pigundoni) www.sanironni blogspot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar